Gua Maria Lawangsih terletak di Perbukitan Menoreh, perbukitan yang memanjang, membujur di perbatasan Jawa Tengah dan DIY, (Kabupaten Purworejo dan Kulon Progo). Di tengah perbukitan Menoreh, bertahtalah Bunda Maria Lawangsih (Indonesia: Pintu Berkat/Rahmat). Gua Maria Lawangsih berada di dusun Patihombo, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo. Secara gerejawi, masuk wilayah Stasi Santa Perawan Maria Fatima Pelemdukuh, Paroki Santa Perawan Maria Nanggulan, Kevikepan Daerah Istimewa Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang. Kontak Person: Romo Ign. Slamet Riyanto, Pr Pastoran SPM Tak Bernoda Nanggulan Karang, Jatisarono, Nanggulan, Kulon Progo Phone: 0857 4371 7676 Anda ingin berpartisipasi dalam pembangunan Gua Maria Lawangsih? Doa dan partisipasi Anda akan membuat semakin banyak umat mengenal Allah, dekat dengan Allah melalui Maria. Berkah Dalem Gusti tansah amberkahi

Berita dan Info

Salah satu hal yang khas yang membedakan kita, umat Katolik, dari saudara-saudari kita yang Protestan adalah cinta dan penghormatan yang kita persembahkan kepada Bunda Yesus. Kita percaya bahwa Maria, sebagai Bunda Allah, sudah selayaknya memperoleh penghormatan, devosi dan penghargaan yang sangat tinggi. Salah satu dogma (dogma = ajaran resmi gereja yang dinyatakan secara meriah dengan kekuasaan Paus) Gereja Katolik mengenai Bunda Maria adalah Dogma Dikandung Tanpa Dosa. Pestanya dirayakan setiap tanggal 8 Desember. Masih banyak orang Katolik yang belum paham benar mengenai dogma ini. Jika kalian bertanya kepada beberapa orang Katolik, "Apa itu Dogma Dikandung Tanpa Dosa?", maka sebagian besar dari mereka akan menjawab, "Yaitu bahwa Yesus dikandung dalam rahim Santa Perawan Maria tanpa dosa, atau tanpa seorang bapa manusia." Jawaban demikian adalah jawaban yang salah yang perlu dibetulkan. Ya, tentu saja Yesus dikandung tanpa dosa karena Ia adalah Allah Manusia. Tetapi Dikandung Tanpa Dosa adalah dogma yang menyatakan bahwa Bunda Maria dikandung dalam rahim ibunya, Santa Anna, tanpa dosa asal. Bunda Maria adalah satu-satunya manusia yang dianugerahi karunia ini. Bunda Maria memperoleh keistimewaan ini karena ia akan menjadi bejana yang kudus dimana Yesus, Putera Allah, akan masuk ke dunia melaluinya. Oleh karena itu, Bunda Maria sendiri harus dihindarkan dari dosa asal. Sejak dari awal mula kehadirannya, Bunda Maria senantiasa kudus dan suci - betul-betul"penuh rahmat". Kita menggunakan kata-kata ini ketika kita menyapa Maria dalam doa Salam Maria, tetapi banyak orang yang tidak meluangkan waktu untuk memikirkan apa arti sebenarnya kata-kata ini. Ketika Malaikat Gabriel menampakkan diri kepada Bunda Maria untuk menyampaikan kabar sukacita, dialah yang pertama kali menyapa Maria dengan gelarnya yang penting ini,

Lukas 1:28 "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Kata-kata "penuh rahmat" ketika diterjemahkan dari teks bahasa Yunani, sesungguhnya digunakan sebagai nama yang tepat untuk menyapa Maria. Istilah Yunani yang digunakan menunjukkan bahwa Maria dalam keadaan penuh rahmat atau dalam keadaan rahmat yang sempurna sejak dari ia dikandung sampai sepanjang hayatnya di dunia. Bukankah masuk akal jika Tuhan menghendaki suatu bejana yang kudus, yang tidak bernoda dosa untuk mengandung Putera-Nya yang Tunggal? Bagaimana pun juga, Yesus, ketika hidup di dalam rahim Maria, tumbuh dan berkembang sama seperti bayi-bayi lainnya tumbuh dan berkembang dalam rahim ibu mereka masing-masing. Ia menerima darah Maria dan menerima makanan untuk pertumbuhan-Nya dari tubuh Maria sendiri.

Sebagian kaum Protestan menolak dogma ini dengan mengatakan bahwa Maria berbicara tentang "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku." Mengapa Maria memerlukan seorang Juruselamat, tanya mereka, jika ia tanpa noda dosa? Gereja mengajarkan bahwa karena Maria adalah keturunan Adam, maka menurut kodratnya ia mewarisi dosa asal. Hanya oleh karena campur tangan Allah dalam masalah yang unik ini, Maria dibebaskan dari dosa asal. Jadi, sesungguhnya Maria diselamatkan oleh rahmat Kristus, tetapi dengan cara yang sangat istimewa. Rahmat tersebut dilimpahkan ke atasnya sebelum ia dikandung dalam rahim ibunya.

Kaum Protestan juga akan menyanggah dengan mengatakan bahwa dogma ini tidak sesuai dengan ayat Kitab Suci yang mengatakan bahwa "semua orang telah berbuat dosa" (Roma 3:23). Namun demikian, jika kita mempelajari masalah ini dengan sungguh-sungguh, kita akan menemukan beberapa pengecualian. Kitab Suci juga mengajarkan bahwa meskipun semua orang telah berbuat dosa, Yesus yang adalah sungguh-sungguh manusia tidak berbuat dosa. Logis jika kita melanjutkannya dengan mengatakan bahwa Maria juga tidak berdosa dan dihindarkan dari dosa asal agar ia dapat tetap senantiasa menjadi bejana yang kudus untuk mengandung bayi Yesus.

Secara sederhana Dogma Dikandung Tanpa Dosa dapat dijelaskan demikian
Seperti kita ketahui, Adam dan Hawa adalah manusia pertama yang diciptakan Tuhan. Tuhan memberikan kepada mereka apa saja yang mereka inginkan di Firdaus, Taman Eden. Tetapi Allah berfirman bahwa mereka tidak diperbolehkan makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Lucifer, raja iblis, datang kepada mereka dan membujuk mereka makan buah pohon tersebut. Adam dan Hawa memakan buah itu; mereka tidak taat kepada Tuhan dan karenanya mereka diusir dari Firdaus. Oleh karena dosa pertama itu, semua manusia yang dilahirkan sesudah Adam dan Hawa mewarisi apa yang disebut "dosa asal". Itulah sebabnya, ketika seorang bayi lahir, ia segera dibaptis supaya dosa asal itu dibersihan dari jiwanya sehingga ia menjadi kudus dan suci, menjadi anak Allah.

Ketika Tuhan hendak mengutus Putera-Nya, Yesus, ke dunia untuk menyelamatkan kita, Tuhan memerlukan kesediaan seorang wanita yang kudus untuk mengandung Yesus dalam rahimnya. Tuhan memutuskan bahwa wanita ini harus dibebaskan dari dosa asal Adam dan Hawa. Ia juga memutuskan bahwa wanita ini haruslah seseorang yang istimewa serta amat suci dan kudus. Sama halnya seperti jika kalian mempunyai satu termos air jeruk segar, maka kalian tidak akan menuangkannya ke dalam gelas yang kotor untuk meminumnya, ya kan? Kalian akan menuangkan air jeruk segar itu ke dalam gelas yang bersih untuk meminumnya. Demikian juga Tuhan tidak ingin Putera Tunggal-Nya itu ditempatkan dalam rahim seorang wanita berdosa. Oleh karena itulah, Tuhan membebaskan Maria dari dosa asal sejak Maria hadir dalam rahim ibunya, yaitu Santa Anna. Inilah yang disebut Dogma Dikandung Tanpa Dosa - memang suatu istilah yang sulit, tetapi artinya ialah Maria tidak mewarisi dosa Adam dan Hawa, sehingga Maria dapat menjadi seorang bunda yang kudus yang mengandung Yesus dalam rahimnya."

Apakah Maria Dikandung Tanpa Dosa berhubungan dengan mengandungnya Bunda Maria dari kuasa Roh Kudus? Ataukah dogma tersebut berhubungan dengan perkandungan Bunda Maria. Dapatkah dijelaskan?
Sesungguhnya, kebingungan atas dogma SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa (= Immaculata) bukanlah hal yang jarang terjadi. Sebagian orang secara salah beranggapan bahwa dogma tersebut berhubungan dengan Bunda Maria yang mengandung Kristus dari kuasa Roh Kudus. Sesungguhnya, dogma SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa adalah keyakinan “… bahwa perawan tersuci Maria sejak saat pertama perkandungannya oleh rahmat yang luar biasa dan oleh pilihan Allah yang mahakuasa karena pahala Yesus Kristus, Penebus umat manusia, telah dibebaskan dari segala noda dosa asal” (Paus Pius IX, Ineffabilis Deus).

Dalam mempelajari sejarah seputar keyakinan ini, kita melihat keindahan Gereja yang didirikan oleh Kristus, yang para pengikutnya yang setia berjuang untuk memahami dengan lebih jelas misteri keselamatan. Perjuangan ini dibimbing oleh Roh Kudus, yang disebut Yesus sebagai “Roh Kebenaran”, yang “akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu”dan “akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (bdk. Yoh 14:17, 14:26, 16:13).

Sebagian dari “perjuangan” atas dogma Immaculata adalah tidak adanya kutipan Kitab Suci yang spesifik serta jelas dan gamblang tentangnya. Namun demikian, referensi dalam Injil mengenai Bunda Maria dan perannya dalam misteri keselamatan mengisyaratkan keyakinan ini. Dalam Injil St. Lukas, kita mendapati ayat indah tentang Kabar Sukacita, di mana Malaikat Agung St. Gabriel mengatakan kepada Maria (dalam bahasa kita), “Salam Maria, penuh rahmat. Tuhan sertamu.” Sementara sebagian ahli Kitab Suci berdebat atas “seberapa penuhnya rahmat,” kesaksian St. Gabriel secara pasti menyatakan kekudusan Bunda Maria yang luar biasa. Apabila orang merenungkan peran Bunda Maria dalam kehidupan Kristus - baik inkarnasi-Nya, masa kanak-kanak-Nya, ataupun penyaliban-Nya - pastilah ia sungguh luar biasa dalam kekudusan, sungguh “penuh rahmat” dalam menerima serta menggenapi perannya sebagai Bunda Penebus, dalam arti “Bunda” yang sepenuh-penuhnya. Sebab itu, kita percaya, bahwa kekudusan yang luar biasa, yang penuh rahmat ini diperluas hingga saat awal permulaan kehidupannya, yaitu perkandungannya.

Secara praktis, jika dosa asal diwariskan melalui orangtua, dan Yesus mengambil kodrat manusiawi kita dalam segala hal kecuali dosa, maka Maria haruslah bebas dari dosa asal. Pertanyaan kemudian muncul, “Bagaimana mungkin Kristus adalah Juruselamat Maria?” Sesungguhnya, banyak perdebatan mengenai SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa dalam abad pertengahan berfokus pada masalah ini. Duns Scotus (wafat 1308) menawarkan satu solusi dengan mengatakan, “Maria lebih dari semua orang lain membutuhkan Kristus sebagai Penebusnya, sebab ia pastilah mewarisi Dosa Asal … jika rahmat sang Pengantara tidak mencegahnya.” Dengan mengutip Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, Katekismus Gereja Katolik menambahkan, “Bahwa Maria `sejak saat pertama ia dikandung, dikarunia cahaya kekudusan yang istimewa', hanya terjadi berkat jasa Kristus: `Karena pahala Puteranya, ia ditebus secara lebih unggul'” (no. 492). Pada pokoknya, karena Maria dipilih untuk berbagi secara intim dalam kehidupan Yesus sejak saat ia dikandung, Ia sungguh adalah Juruselamatnya sejak saat perkandungannya.

Mungkin salah satu alasan mengapa diskusi mengenai Dogma Immaculata ini berkepanjangan adalah karena Gereja Perdana dilarang dan di bawah aniaya hingga tahun 313, dan kemudian harus menyelesaikan berbagai macam masalah seputar Yesus Sendiri. Refleksi lebih jauh mengenai Bunda Maria serta perannya muncul setelah Konsili Efesus (thn 431) yang dengan segenap hati menegaskan keibuan ilahi Maria dan memberinya gelar, “Bunda Allah” sebab ia mengandung dari kuasa Roh Kudus dan melahirkan Yesus yang adalah pribadi kedua dalam Tritunggal Mahakudus, yang sehakikat dengan Bapa. Beberapa Bapa Gereja Perdana, termasuk St. Ambrosius (wafat 397), St. Efrem (wafat 373), St. Andreas dari Crete (wafat 740) dan St. Yohanes Damaskus (wafat 749) merenungkan peran Maria sebagai Bunda, termasuk disposisinya yang penuh rahmat, dan menulis tentang ketakberdosaannya. Suatu pesta guna menghormati SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa telah dirayakan di Gereja Timur setidak-tidaknya sejak abad keenam.

Sementara waktu berlalu, dilakukanlah pembahasan lebih lanjut mengenai keyakinan ini. Pada tahun 1849, Pius IX meminta pendapat para uskup di seluruh Gereja mengenai apa yang mereka sendiri, para klerus, dan umat rasakan mengenai keyakinan ini dan apakah mereka menghendakinya agar ditetapkan secara resmi. Dari 603 uskup, 546 memberikan tanggapan positif tanpa ragu. Dari mereka yang menentang, hanya lima yang mengatakan bahwa doktrin tersebut tidak dapat ditegaskan secara resmi, 24 tidak tahu apakah ini adalah saat yang tepat, dan 10 hanya menghendaki agar mereka yang menentang doktrin tersebut dinyatakan salah. Paus Pius juga melihat kelesuan rohani dalam dunia dimana kaum rasionalis sekolah filsafat telah menyangkal kebenaran dan segala sesuatu yang adikodrati, di mana revolusi-revolusi mengakibatkan gejolak sosial, dan revolusi industri mengancam martabat para pekerja dan kehidupan keluarga. Oleh sebab itu, Paus Pius menghendaki dibangkitkannya kembali kehidupan rohani umat beriman dan beliau melihat tidak ada cara yang lebih baik selain dari menampilkan kembali teladan indah Bunda Maria dan perannya dalam sejarah keselamatan. Maka, pada tanggal 8 Desember 1854, Pius IX menegaskan secara resmi dogma SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa dalam bulla “Ineffabilis Deus”.

Akhirnya, menarik juga disimak bahwa dalam beberapa penampakan Bunda Maria, Santa Perawan sendiri menegaskan dogma SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa. Pada tanggal 9 Desember (tanggal yang ditetapkan sebagai Perayaan SP Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa di Kerajaan Spanyol) pada tahun 1531 di Guadalupe, Bunda Maria mengatakan kepada Juan Diego, “Akulah Perawan Maria yang tak bercela, Bunda dari Allah yang benar, yang melalui-Nya segala sesuatu hidup…” Pada tahun 1830, Bunda Maria mengatakan kepada St. Katarina Laboure agar dibuat Medali Wasiat dengan tulisan, “Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.” Terakhir, ketika menampakkan diri kepada St. Bernadete di Lourdes pada tahun 1858, Bunda Maria mengatakan, “Akulah yang Dikandung Tanpa Noda Dosa.”

2 komentar
  1. Anonim Said,

    Indah sekali

    Posted on 14 Mei 2010 pukul 06.13

     
  2. Anonim Said,

    Tidak mungkin Maria dikandung tanpa noda

    Posted on 23 Januari 2022 pukul 02.22

     

Posting Komentar